Bahagia itu pilihan
Hai, selamat malam teman-teman. Semoga saat kamu membaca tulisanku, kamu dalam keadaan bahagia. Tapi, kalau memang keadaanmu dalam keadaan tidak bahagia, tak apa. Ku harap setelah membaca tulisanku, senyummu terukir kembali.
Semua dari kita pasti pernah merasakan keterpurukan dalam hidup ini. Entah itu soal ekonomi, pendidikan, hubungan percintaan, masalah dengan pertemanan atau hal lainnya. Tak jarang itu membuat kita sedih, berontak, bahkan membenci takdir tuhan yang telah tergariskan untuk kita. Ya, pasti.
Aku, kamu dan kita semua pernah ada dalam fase itu.
Disaat itu, kita seolah merasa menjadi manusia yang menderita . Seolah, celah kebahagiaan telah tertutup untuk kita. Seolah hanya kesengsaraan yang selalu menyambut kehidupan kita. Belum selesai masalah yang satu, sudah timbul masalah yang lainnya.
Bahkan, bukan hanya satu persoalan tapi lebih dari itu.
Kata orang' kalau kamu diuji dengan banyak permasalahan, seharusnya kamu senang. Itu tandanya tuhan sedang menaikkan derajat mu'. Halah. Itu hanya omongan belaka mereka saja. Mereka berbicara begitu, karna mereka tidak mengalaminya.
Cuma bisanya ngomong aja, kalau mereka diposisiku juga mereka pasti tidak terima dengan semua perisitiwa ini. Tak jarang dari kita selalu berfikir demikian ketika ada orang yang mengatakan begitu. Sama, aku juga pernah berpikir seperti itu. Tapi, itu dulu.
Saat aku belum menemui kecintaan terhadap sang pencipta
Saat aku selalu ngedumel dengan takdir dari tuhan
Saat aku selalu merasa nasib orang lain lebih baik dariku
Dan saat aku dulu yang terlalu mudah digelayuti oleh ajakan setan untuk membenci hidup.
Kalau sekarang bagaimana?
Aku bersyukur pada pengalaman yang telah mengajarkanku untuk selalu mencari celah positif dalam setiap permasalahan. Kenapa aku bisa seperti ini? Tunggu, tunggu dulu. Ralat. Bukan aku yang bisa, tapi kita semua bisa.
Ini bukan lagi soal kecerdasan seseorang yang menentukan kita bisa atau engga untuk merubah pola pikir seperti sebelumnya.
Ini soal kedekatanmu pada Sang pencipta.
Bukan sok ingin menggurui, disini aku hanya membagi kisah sedikit.
Percayalah, ketika kamu semakin mendekatkan diri pada Sang pencipta, kamu akan merasa tenang dan tidak pernah risau.
Tapi, masalah memang akan tetap datang dalam kehidupan. Layaknya sebuah makanan, kalau tidak ada bumbu-bumbu tambahan didalamnya akan terasa hambar.
Namun kini, cara mu melihat masalah sudah berbeda dengan kamu yang dulu saat jauh dari Sang pencipta. Matamu, yang dulu penuh dengan kepahitan dalam menilai situasi
Kini berubah menjadi mata yang selalu menggambarkan rasa kebahagiaan.
Rasa bahagia itu tidak semata-mata harus selalu dari hal yang megah dan mewah. Bahkan dalam kondisi kita terpuruk bahagia masih bisa terciptakan. Itu tergantung cara pandangmu terhadap situasi.
Ada banyak hal indah sebenarnya didalam hidup ini,
Ketika kamu memaknainya dengan damai.
Namun, karena egoismu yang memenangkan
Kamu jadi kehilangan itu semua.
Hanya keburukan saja yang selalu tampak dari lensa matamu.
Entahlah, kadang hidup harus dinikmati
Berhentilah untuk memusuhi.
Coba sekarang, buang rasa egomu. Berhentilah untuk menutup telinga ketika mendengarkan sebuah kebenaran, dan bukalah mata untuk melangkah ke arah yang tepat.
Jangan sungkan untuk berkisah. Ini bukan hanya kisahku, tapi kisah kita.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTidak ada kebahagiaan jika kita masih tetap terjebak dalam ke egoisan.
DeleteKamu perlu membuka hati dan menutup keegoisan untuk menerima itu semua😊
Delete