Untukmu,
Dari aku, untuk aku.
Tidak mudah menadi kamu,
sampai pada akhirnya kita bisa sama-sama berdiri dengan kaki sendiri.
sampai pada akhirnya kita bisa sama-sama belajar mengikhlaskan
sampai pada akhirnya kita bisa sama-sama saling mencintai diri sendiri.
Dituntut untuk lebih mengerti,
Dituntu untuk lebih cepat beranjak menjadi dewasa. Apakah kau masih mengingat senyum anak kecil itu, saat usianya sungguh masih sangat muda dan harus bertingkah bahwa semua baik-baik saja. Bagaimana ia ingin terlihat sama seperti mereka, dan menutupi segalanya. Kini tidak perlu lagi. Katakan, ungkapan apapun yang menjadi perasaanmu. Tidak semua hal harus baik-baik saja. Kalau tidak ada yang mencoba mendengarkanmu, kembalilah paddaku. Telingaku niscaya siap sedia. Kalau tidak ada yang mencoba memelukmu, kembalila padaku. Jika nantinya tidak ada satupun yang akan menerimamu, kembalilah padaku, dirimu sendiri.
Bukankah lelah perjalananmu? jauh masih panjang perjalanan, jangan takut untuk mencoba melangkah. selaraskan irama langkahmu denganku, niscara tidak akan ada kesendirian yang dihadapi. Mari cukupkan semua hal yang menjadi sumber ketakutanmu. lihat, betapa baik dan hebatnya kita melewati waktu itu, hingga hari ini. Terimakasih karena tidak mencoba untuk menyerah untuk terus menjalani hari. Berusaha untuk tetap pada kewarasan dan tidak menyakiti apapun yang ada pada diri. Kalau nanti kita menjumpai kegagalan, jangan risau. kelak juga ada hari untuk memperbaikinya.
pesanku, jangan harapkan hari-hari akan berjalan baik- baik saja seperti apa yang kita inginkan, karena nyatanya tidak sebaik itu dunia untuk berpihak pada kita. Harapkanla kamu yang akan baik-baik saja dengan segala hal yang nantinya akan dilewati. Ingat, menangis, kecewa, marah tidak memeberikan identifikasi bahwa kau adalah manusia lemah. Sehingga tidak perlu menghindarinya. Sekali lagi, terimakasih sudah menjadi siapa dirimu sebenarnya, walau masih dalam tahap kita berusaha.
Comments
Post a Comment